Rabu, 20 Juni 2012

Jujur

ketika suatu saat, kita melakukan kesalahan besar... takut.. rasa itu pasti ada... tapi apakah kita berani mengakui kesalahan itu??? ya...memang tak mudah... kejujuran yang telah diutarakan, dan permintaan maaf yang tulus, mungkin bagi sebagian orang belum cukup... dikarenakan rasa sakit yang terlalu dalam akibat dari kesalahan... atau... mungkin bisa memaafkan, tapi tak mungkin dilupakan... benci mungkin itu yang dirasakan... waktu... ya...sedikit demi sedikit waktu yang akan mengikis rasa sakit itu... jika rasa sakit itu telah hilang, barulah kita bisa memaafkan orang yang telah berbuat salah... dan benci itu pun akan hilang, ketika kita bisa menerima semuanya dengan ikhlas... berkata jujur bagiku itu adalah tindakan berani... aku sangat menghargai kejujuran, walaupun itu adalah kejujuran yang sangat menyakitkan... karena tidak semua orang berani mengambil sikap untuk berkata jujur...

Tulang Rusuk Yang Hilang

Sebuah senja yang sempurna, sepotong donat, dan lagu cinta yang lembut. Adakah yang lebih indah dari itu, bagi sepasang manusia yang memadu kasih? Raka dan Dara duduk di punggung senja itu, berpotong percakapan lewat, beratus tawa timpas, lalu Dara pun memulai meminta kepastian. ya, tentang cinta.

Dara : Siapa yang paling kamu cintai di dunia ini?
Raka : Kamu dong?
Dara : Menurut kamu, aku ini siapa?
Raka : (Berpikir sejenak, lalu menatap Dara dengan pasti) Kamu tulang rusukku! Ada tertulis, Tuhan melihat bahwa Adam kesepian. Saat Adam tidur, Tuhan mengambil rusuk dari Adam dan menciptakan Hawa. Semua pria mencari tulang rusuknya yang hilang dan saat menemukan wanita untuknya, tidak lagi merasakan sakit di hati.”

Setelah menikah, Dara dan Raka mengalami masa yang indah dan manis untuk sesaat. Setelah itu, pasangan muda ini mulai tenggelam dalam kesibukan masing-masing dan kepenatan hidup yang kain mendera. Hidup mereka menjadi membosankan.
Kenyataan hidup yang kejam membuat mereka mulai menyisihkan impian dan cinta satu sama lain. Mereka mulai bertengkar dan pertengkaran itu mulai menjadi semakin panas. Pada suatu hari, pada akhir sebuah pertengkaran, Dara lari keluar rumah.

Saat tiba di seberang jalan, dia berteriak, “Kamu nggak cinta lagi sama aku!”
Raka sangat membenci ketidakdewasaan Dara dan secara spontan balik berteriak, “Aku menyesal kita menikah! Kamu ternyata bukan tulang rusukku!”
Tiba-tiba Dara menjadi terdiam , berdiri terpaku untuk beberapa saat. Matanya basah. Ia menatap Raka, seakan tak percaya pada apa yang telah dia dengar. Raka menyesal akan apa yang sudah dia ucapkan. Tetapi seperti air yang telah tertumpah, ucapan itu tidak mungkin untuk diambil kembali. Dengan berlinang air mata, Dara kembali ke rumah dan mengambil barang-barangnya, bertekad untuk berpisah.

“Kalau aku bukan tulang rusukmu, biarkan aku pergi. Biarkan kita berpisah dan mencari pasangan sejati masing-masing. ”
Lima tahun berlalu…..
Raka tidak menikah lagi, tetapi berusaha mencari tahu akan kehidupan Dara. Dara pernah ke luar negeri, menikah dengan orang asing, bercerai, dan kini kembali ke kota semula. Dan Raka yang tahu semua informasi tentang Dara, merasa kecewa, karena dia tak pernah diberi kesempatan untuk kembali, Dara tak menunggunya. Dan di tengah malam yang sunyi, saat Raka meminum kopinya, ia merasakan ada yang sakit di dadanya. Tapi dia tidak sanggup mengakui bahwa dia merindukan Dara. Suatu hari, mereka akhirnya kembali bertemu. Di airport, di tempat ketika banyak terjadi pertemuan dan perpisahan, mereka dipisahkan hanya oleh sebuah dinding pembatas, mata mereka tak saling mau lepas.

Raka : Apa kabar?
Dara : Baik… ngg.., apakah kamu sudah menemukan rusukmu yang hilang?
Raka : Belum.
Dara : Aku terbang ke New York dengan penerbangan berikut.
Raka : Aku akan kembali 2 minggu lagi. Telpon aku kalau kamu sempat. Kamu tahu nomor telepon kita, belum ada yang berubah. Tidak akan adayang berubah. Dara tersenyum manis, lalu berlalu. “Good bye….”

Seminggu kemudian, Raka mendengar bahwa Dara mengalami kecelakaan, mati. Malam itu, sekali lagi, Raka mereguk kopinya dan kembali merasakan sakit di dadanya. Akhirnya dia sadar bahwa sakit itu adalah karena Dara, tulang rusuknya sendiri, yang telah dengan bodohnya dia patahkan.
“Kita melampiaskan 99% kemarahan justru kepada orang yang paling kita cintai. Dan akibatnya seringkali adalah fatal”

Sumber: http://imadeharyoga.com/2009/01/tulang-rusuk-yang-hilang/

Sepasang Bola Mata Bening

Sepasang bola mata bening… Wajah polos menyiratkan ketenangan… Tapi mata tak bisa bohong.. Mata ialah jendela hati… Hati pemilik sepasang bola mata bening… Sedang gundah… Tak begitu gundah kurasa… Karena dia telah mulai terbiasa… Mungkin… Bukan berarti tidak ada bunga kasih di dalam ruang yang tak terlihat… Hanya dia dan Sang Pencipta yang tahu… Berapa banyak yang dia miliki dalam ruang yang tak terlihat… Hanya Sang Penciptanya yang tahu seberapa banyak yang dia miliki.. Apa yang dia pikirkan, ingin dia lakukan… Tapi, semua hal yang ingin dia lakukan terbatas pada keadaan… Hiruk pikuk di depannya… Cuaca cerah di sekitarnya… Teman berbagi di sampingnya… Ternyata tak mampu menenangkannya…

Gadis Kecil dan Malaikatnya

Gadis kecil itu bebaring di tempat tidurnya sambil memikirkan malaikatnya. Dia sedang merindukan malaikatnya malam itu. Ketika ia memejamkan mata, ia merasa begitu dekat dengan malaikatnya. Tapi, ketika dia membuka mata, yang ada hanyalah dia sendiri. Akhirnya diatertidur dan malaikatnya hadir dalam mimpinya. Gadis kecil itu sedang duduk dalam suatu ruangan, seperti ruangan kelas bersama teman-temannya. Dan malaikatnya datang dan menghampirinya, lalu duduk di bangku di depan gadis kecil dan berhadapan dengannya. Wajah gadis kecil itu cemberut karena dia kesal menunggu malaikatnya, tapi malaikatnya begitu lama baru datang. Malaikat itu memandangnya dan tetap tersenyum dengan senyum yang akan selalu diingat oleh gadis kecil itu. Tetapi, gadis kecil itu tetap tidak memandang wajah malaikatnya, padahal hatinya ingin sekali melihat dan memeluk sang malaikat. "Apakah kau merindukanku?" ucapnya dalam hati. Malaikatnya tersenyum dan mengambil kotak pensil gadis kecil itu. Tapi, tiba-tiba gadis kecil itu mengambil kotak pensil itu dari tangan malaikatnya. Dan dengan perlahan dia mengambil pulpen dan kertas, yang kemudian diberikan pada malaikatnya. Malaikatnya tersenyum, dan itu membuat sang gadis jadi menunduk malu. Setelah menulis, malaikatnya memberikan tulisan itu kepada gadis kecil. "Aku juga merindukanmu" tulisnya.